Pengunjung

Sunday, November 24, 2013

Isaac Newton, Sang Alkemis Kristen




Sejak jaman Voltaire, Isaac Newton digambarkan sebagai seorang “rasionalis sejati”. Sementara penulis biografinya berfokus pada prestasi besar sains dan matematikanya, mereka semua mengesampingkan minatnya kepada agama, sihir, dan alkemi. Segalanya berubah pada tahun 1947, ketika ekonomis John Maynard Keynes mempublikasikan risalah-risalah mengenai karya-karya Newton tentang alkemi. Ia membeli kotak tentang catatan dan manuskrip alkemi Newton pada sebuah pelelangan dimana pihak perpustakaan universitas menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berharga. Akhirnya para peneliti mempunyai akses atas tulisan-tulisan Newton yang terlupakan ini. Pada tahun 1970-an, tulisan-tulisan yang diperbaiki mulai memperlihatkan seorang Newton yang berbeda. Saat ini, para sejarawan sains dipaksa untuk mengakui bahwa Newton adalah, pada kenyataannya, seorang yang sangat religius. Jantung agamanya adalah keyakinan yang kuat akan alkemi.

Sementara Newton merumuskan teori ilmu pengetahuannya yang paling penting dan menciptakan kalkulus, pada saat yang sama ia secara pribadi mempelajari tulisan-tulisan alkemi dan agama. Sains, alkemi, dan Kekristenan bercampur dalam pikiran Newton, yang terlihat dari perbandingan tulisan-tulisannya, baik yang bersifat pribadi, maupun yang dipublikasikan. Newton menulis lebih dari satu juta kata yang membahas tentang alkemi, dan tidak satupun yang diterbitkan. Dia juga menyimpan dengan cermat catatan tentang eksperimen alkeminya selama kurun waktu 25 tahun, dari pertengahan tahun 1660 sampai tahun 1695. Tidak ada keragu-raguan bahwa agama adalah motivasi utama bagi karya sains Newton, dan alkemi, terutama, mempengaruhi kosepnya tentang gravitasi dan tenaga secara umum.

Sebelum menjabarkan karya alkemi dari Newton, dirasa perlu untuk menjelaskan beberapa hal tentang keyakinan Kristen Newton yang mana berbeda dari apa yang biasa kita terima di sekolah minggu. Newton percaya ajaran gereja yang diajarkan oleh Katolik dan Anglikan salah besar. Dan Brown mengunakan fakta ini dalam bukunya Da Vinci Code. Secara spesifik, Newton menolak konsep tritunggal karena dia tidak percaya Yesus dan Roh Kudus sederajat dengan Allah. Allah menurut Newton adalah yang tertinggi: Ia mengetahui segala sesuatu dan hadir dimana saja di alam semesta. Newton mendapati bahwa di alam ada lebih banyak “pilihan”, bukan “kebetulan”. Jika alam tampaknya mengikuti “hukum” fisika secara konsisten, itu karena Allah mengawasi setiap peristiwa yang terjadi di bumi. Allah, menurut Newton, tidak pergi setelah menciptakan. Ini adalah keyakinan yang berbahaya yang harus tetap Newton simpan karena pekerjaannya di Universitas Cambridge bergantung pada kepatuhannya terhadap doktrin-doktrin Anglikan.

Permusuhan Newton dengan Katolik, terutama Katolik Prancis, bukanlah hal yang lazim di abad ke-17 sejak perang sipil Inggris. Ada beberapa intrik dari Prancis untuk menempatkan seorang raja Katolik pada tahta Inggris. Akibatnya, hubungan antara Inggris dan Prancis beranjak dari buruk menjadi lebih buruk. Hal yang aneh adalah keyakinan Newton bahwa sebelum kejatuhan Adam dan Hawa di taman Eden semua hukum-hukum ilmu pengetahuan diketahui dan dimengerti. Seorang filosof alam seperti dirinya bertugas untuk “mengembalikan” pengetahuan sejak waktu peristiwa Eden. Newton bukanlah filosof alam pertama yang mencoba untuk “meng-Kristen-kan” ilmu pengetahuan dan, dengan jalan ini, membuatnya tidak terlalu mengancam. Walau bagaimanapun, dia menerapkannya untuk dirinya; bersama dengan ide mengejutkan lainnya. Dia percaya filosof seperti Phitagoras dan Plato telah menulis tentang hukum gravitasi dan kuadrat  terbalik! Newton yakin bahwa dia telah menemukan bukti tentang hukum kuadrat terbalik dalam konsep kuno dari “keselarasan bola”, secara spesifik dalam hal hubungan antara ketegangan dan pich pada instrument bersenar. Newton menghabiskan bertahun-tahun menjelajahi teks-teks kuno mencari lebih banyak bukti mengenai gravitasi yang terkubur pada simbol rahasia.

Semakin samar suatu simbol, semakin meyakinkan Newton bahwa hal  itu mengandung beberapa kebenaran penting. Inilah yang membuatnya tertarik dengan alkemi; sesuatu yang kuno, agama-quasi, kaya dengan simbol kimia dan gambar aneh dengan sosok manusia yang mewakili kejadian dalam percobaan penyulingan. Newton menghabiskan sejumlah besar waktu untuk membaca, menyalin dan menulis teori-teori tentang alkemi. Dia memiliki total sejumlah 1752 buku yang 369 diantaranya tentang sains dan sisanya sebagian besar tentang alkemi. Dia juga memiliki sekitar 170 buku tentang apa yang disebut “sihir praktis”.

Dalam manuskrip Newton MS 3975, dia menyimpan catatan tentang eksperimen alkeminya selama 25 tahun yang menggunakan emas, timah, dan logam merkuri. Dia juga menulis 3 versi dari Index Chemicus dengan lebih dari 900 judul, 5000 halaman referensi, dan 100 kutipan penulis lain. Pada masa itu, ia secara umum bekerja sendirian di sebuah gudang dekat kamarnya di Universitas Cambridge. Terkadang asistennya, Humprey Newton (tidak ada hubungan keluarga dengannya) ikut membantunya. Newton berbagi beberapa penemuannya dengan alkemis lain seperti Robert Boyle, tetapi sebagian besar karyanya tetap disimpannya. Tidak sepeti Boyle, Newton menerapkan apa yang dia sebut “diam secara ketat”. Dia berpikir bahwa karyanya dalam alkemi adalah sesuatu yang “mulia” atau suci, sehingga tidak akan dibagikan dalam kondisi apapun kepada seseorang yang pikirannya pendek atau, seperti Newton katakan, seorang yang “vulgar”.

Setelah menganalisa tulisan-tulisan Newton yang tidak terpublikasi mengenai alkemi, nyatalah bahwa Newton memasukkan konsep alkemi ke dalam keyakinan agamanya. Newton menolak Jarum Jam Semesta Descartes karena tidak memiliki dimensi spiritual. Sebaliknya, ia menanamkan alam semestanya dengan apa yang disebut “roh vegetative”, atau apa yang alkemis sebut “pneuma”, energi yang suci dan misterius dari Allah. Dia juga percaya adanya zat tambahan yang menyerap pada semua ruang tiga dimensi yang disebut “ether”. Gelombang cahaya dan gelombang suara sebagaimana juga planet-planet dan bintang bintang bergerak melalui ether ini. Newton percaya bahwa interaksi antara pneuma dan ether dengan molekul materi-lah yang memunculkan semua reaksi kimia yang ada di alam.

Untuk menjelaskan bagaimana segala sesuatu tercipta di alam semesta, Newton mengadopsi beberapa pemikiran Paracelsus, seorang alkemis Renaisans, seorang yang juga berbeda dalam hal aktivitas sosial. Paracelsus mempengaruhi kelompok yang berbeda pada masa yang berbeda di Eropa. Sebagai contoh, ia popular diantara Huguenot Prancis, dan di Bavaria, Jerman, filosofi alkeminya diajarkan untuk suatu waktu di universitas-universitas. Paracelsus percaya bahwa kisah penciptaan di buku Kejadian sebenarnya menggambarkan penyulingan zat-zat dengan Allah sebagai ahli tertinggi. Adam, Hawa, dan ular adalah symbol-simbol seperti figur dalam gambar-gambar alkemi. Allah sang alkemis menciptakan semua elemen dan mineral di alam semesta. Dengan cara ini, alkemi adalah pusat dari keyakinan Kristen Newton dan ilmu pengetahuannya.

Newton ingin mempublikasikan teorinya tentang kimia, dia telah mempersiapkan beberapa tulisan. Namun hal itu tidak pernah dipublikasikan karena ia lebih takut tuntutan hukum dari pada prioritas. Akhirnya, murid-murid Newton menerbitkan buku pelajaran kimia yang merupakan pengembangan dari teori Newton. Dalam edisi Opticks berikutnya (1706, 1717), Newton berspekulasi tentang bagaimana kekuatan mikroskopis disamakan dengan gravitasi mungkin dapat menjelaskan reaksi perpindahan, curah hujan, dan fenomena kimia lainnya. Para pendukung John Keill dan John Friend menerbitkan makalah yang berisi bukti-bukti eksperimen mengenai kekuatan yang menarik ini. Dalam makalahnya, mereka mengutip Newton sebagai otoritas. Kata alkemi, walau bagaimanapun, tidak pernah digunakan.

Sungguh ironis, keyakinan alkeminya-lah yang menopang Newton selama dua dekade dalam penelitian yang serius. Ia terisolasi secara sosial, hanya memiliki dua atau tiga teman dan tanpa istri, pacar, atau simpanan. Voltaire menulis bahwa, mengenai wanita, Newton “tidak memiliki gairah atau kelemahan”. Ketika teman sekamarnya di Cambridge pindah setelah 20 tahun bersama, Newton mengalami depresi berat atau psikotik (Sejarawan tidak tahu pasti yang mana tepatnya). Teman sekamarnya menikah dan menjadi pendeta. Setelah itu, Newton meninggalkan Cambridge, dan tahun-tahun produktifnya pun berakhir. Ia ikut dalam menjalankan Royal Mint dan memimpin Royal Society. Ia tidak pernah menikah, meskipun ia tentu saja bisa jika ia mau. Sebuah situs mengejeknya dengan menyebut Newton “perawan 40 tahun”, dan kemungkinan memang benar. Kelihatannya yang paling sulit orang-orang dewasa ini terima mengenai Newton adalah bahwa ilmuan besar ini ternyata seorang religius yang hidup selibat.

(Catatan: diterjemahkan secara bebas dari http://www.hypatiamaze.org/isaac/newton.html)


No comments:

Post a Comment