Sejak jaman Voltaire, Isaac Newton digambarkan sebagai
seorang “rasionalis sejati”. Sementara penulis biografinya berfokus pada
prestasi besar sains dan matematikanya, mereka semua mengesampingkan minatnya
kepada agama, sihir, dan alkemi. Segalanya berubah pada tahun 1947, ketika
ekonomis John Maynard Keynes mempublikasikan risalah-risalah mengenai
karya-karya Newton tentang alkemi. Ia membeli kotak tentang catatan dan
manuskrip alkemi Newton pada sebuah pelelangan dimana pihak perpustakaan
universitas menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berharga. Akhirnya para
peneliti mempunyai akses atas tulisan-tulisan Newton yang terlupakan ini. Pada
tahun 1970-an, tulisan-tulisan yang diperbaiki mulai memperlihatkan seorang Newton
yang berbeda. Saat ini, para sejarawan sains dipaksa untuk mengakui bahwa
Newton adalah, pada kenyataannya, seorang yang sangat religius. Jantung
agamanya adalah keyakinan yang kuat akan alkemi.
Sementara Newton merumuskan teori ilmu pengetahuannya yang
paling penting dan menciptakan kalkulus, pada saat yang sama ia secara pribadi
mempelajari tulisan-tulisan alkemi dan agama. Sains, alkemi, dan Kekristenan
bercampur dalam pikiran Newton, yang terlihat dari perbandingan
tulisan-tulisannya, baik yang bersifat pribadi, maupun yang dipublikasikan.
Newton menulis lebih dari satu juta kata yang membahas tentang alkemi, dan
tidak satupun yang diterbitkan. Dia juga menyimpan dengan cermat catatan
tentang eksperimen alkeminya selama kurun waktu 25 tahun, dari pertengahan
tahun 1660 sampai tahun 1695. Tidak ada keragu-raguan bahwa agama adalah motivasi
utama bagi karya sains Newton, dan alkemi, terutama, mempengaruhi kosepnya
tentang gravitasi dan tenaga secara umum.
Sebelum menjabarkan karya alkemi dari Newton, dirasa perlu
untuk menjelaskan beberapa hal tentang keyakinan Kristen Newton yang mana
berbeda dari apa yang biasa kita terima di sekolah minggu. Newton percaya
ajaran gereja yang diajarkan oleh Katolik dan Anglikan salah besar. Dan Brown
mengunakan fakta ini dalam bukunya Da
Vinci Code. Secara spesifik, Newton menolak konsep tritunggal karena dia
tidak percaya Yesus dan Roh Kudus sederajat dengan Allah. Allah menurut Newton
adalah yang tertinggi: Ia mengetahui segala sesuatu dan hadir dimana saja di
alam semesta. Newton mendapati bahwa di alam ada lebih banyak “pilihan”, bukan
“kebetulan”. Jika alam tampaknya mengikuti “hukum” fisika secara konsisten, itu
karena Allah mengawasi setiap peristiwa yang terjadi di bumi. Allah, menurut
Newton, tidak pergi setelah menciptakan. Ini adalah keyakinan yang berbahaya
yang harus tetap Newton simpan karena pekerjaannya di Universitas Cambridge
bergantung pada kepatuhannya terhadap doktrin-doktrin Anglikan.
Permusuhan Newton dengan Katolik, terutama Katolik Prancis,
bukanlah hal yang lazim di abad ke-17 sejak perang sipil Inggris. Ada beberapa
intrik dari Prancis untuk menempatkan seorang raja Katolik pada tahta Inggris.
Akibatnya, hubungan antara Inggris dan Prancis beranjak dari buruk menjadi
lebih buruk. Hal yang aneh adalah keyakinan Newton bahwa sebelum kejatuhan Adam
dan Hawa di taman Eden semua hukum-hukum ilmu pengetahuan diketahui dan
dimengerti. Seorang filosof alam seperti dirinya bertugas untuk “mengembalikan”
pengetahuan sejak waktu peristiwa Eden. Newton bukanlah filosof alam pertama
yang mencoba untuk “meng-Kristen-kan” ilmu pengetahuan dan, dengan jalan ini,
membuatnya tidak terlalu mengancam. Walau bagaimanapun, dia menerapkannya untuk
dirinya; bersama dengan ide mengejutkan lainnya. Dia percaya filosof seperti Phitagoras
dan Plato telah menulis tentang hukum gravitasi dan kuadrat terbalik! Newton yakin bahwa dia telah
menemukan bukti tentang hukum kuadrat terbalik dalam konsep kuno dari
“keselarasan bola”, secara spesifik dalam hal hubungan antara ketegangan dan
pich pada instrument bersenar. Newton menghabiskan bertahun-tahun menjelajahi
teks-teks kuno mencari lebih banyak bukti mengenai gravitasi yang terkubur pada
simbol rahasia.
Semakin samar suatu simbol, semakin meyakinkan Newton bahwa
hal itu mengandung beberapa kebenaran
penting. Inilah yang membuatnya tertarik dengan alkemi; sesuatu yang kuno,
agama-quasi, kaya dengan simbol kimia dan gambar aneh dengan sosok manusia yang
mewakili kejadian dalam percobaan penyulingan. Newton menghabiskan sejumlah
besar waktu untuk membaca, menyalin dan menulis teori-teori tentang alkemi. Dia
memiliki total sejumlah 1752 buku yang 369 diantaranya tentang sains dan
sisanya sebagian besar tentang alkemi. Dia juga memiliki sekitar 170 buku
tentang apa yang disebut “sihir praktis”.
Dalam manuskrip Newton MS 3975, dia menyimpan catatan
tentang eksperimen alkeminya selama 25 tahun yang menggunakan emas, timah, dan
logam merkuri. Dia juga menulis 3 versi dari Index Chemicus dengan lebih dari 900 judul, 5000 halaman referensi,
dan 100 kutipan penulis lain. Pada masa itu, ia secara umum bekerja sendirian
di sebuah gudang dekat kamarnya di Universitas Cambridge. Terkadang asistennya,
Humprey Newton (tidak ada hubungan keluarga dengannya) ikut membantunya. Newton
berbagi beberapa penemuannya dengan alkemis lain seperti Robert Boyle, tetapi
sebagian besar karyanya tetap disimpannya. Tidak sepeti Boyle, Newton
menerapkan apa yang dia sebut “diam secara ketat”. Dia berpikir bahwa karyanya
dalam alkemi adalah sesuatu yang “mulia” atau suci, sehingga tidak akan
dibagikan dalam kondisi apapun kepada seseorang yang pikirannya pendek atau,
seperti Newton katakan, seorang yang “vulgar”.
Setelah menganalisa tulisan-tulisan Newton yang tidak terpublikasi
mengenai alkemi, nyatalah bahwa Newton memasukkan konsep alkemi ke dalam keyakinan
agamanya. Newton menolak Jarum Jam Semesta Descartes karena tidak memiliki
dimensi spiritual. Sebaliknya, ia menanamkan alam semestanya dengan apa yang
disebut “roh vegetative”, atau apa yang alkemis sebut “pneuma”, energi yang
suci dan misterius dari Allah. Dia juga percaya adanya zat tambahan yang
menyerap pada semua ruang tiga dimensi yang disebut “ether”. Gelombang cahaya
dan gelombang suara sebagaimana juga planet-planet dan bintang bintang bergerak
melalui ether ini. Newton percaya bahwa interaksi antara pneuma dan ether
dengan molekul materi-lah yang memunculkan semua reaksi kimia yang ada di alam.
Untuk menjelaskan bagaimana segala sesuatu tercipta di alam
semesta, Newton mengadopsi beberapa pemikiran Paracelsus, seorang alkemis
Renaisans, seorang yang juga berbeda dalam hal aktivitas sosial. Paracelsus
mempengaruhi kelompok yang berbeda pada masa yang berbeda di Eropa. Sebagai
contoh, ia popular diantara Huguenot Prancis, dan di Bavaria, Jerman, filosofi
alkeminya diajarkan untuk suatu waktu di universitas-universitas. Paracelsus
percaya bahwa kisah penciptaan di buku Kejadian sebenarnya menggambarkan
penyulingan zat-zat dengan Allah sebagai ahli tertinggi. Adam, Hawa, dan ular
adalah symbol-simbol seperti figur dalam gambar-gambar alkemi. Allah sang
alkemis menciptakan semua elemen dan mineral di alam semesta. Dengan cara ini,
alkemi adalah pusat dari keyakinan Kristen Newton dan ilmu pengetahuannya.
Newton ingin mempublikasikan teorinya tentang kimia, dia
telah mempersiapkan beberapa tulisan. Namun hal itu tidak pernah dipublikasikan
karena ia lebih takut tuntutan hukum dari pada prioritas. Akhirnya, murid-murid
Newton menerbitkan buku pelajaran kimia yang merupakan pengembangan dari teori
Newton. Dalam edisi Opticks
berikutnya (1706, 1717), Newton berspekulasi tentang bagaimana kekuatan
mikroskopis disamakan dengan gravitasi mungkin dapat menjelaskan reaksi
perpindahan, curah hujan, dan fenomena kimia lainnya. Para pendukung John Keill
dan John Friend menerbitkan makalah yang berisi bukti-bukti eksperimen mengenai
kekuatan yang menarik ini. Dalam makalahnya, mereka mengutip Newton sebagai
otoritas. Kata alkemi, walau bagaimanapun, tidak pernah digunakan.
Sungguh ironis, keyakinan alkeminya-lah yang menopang Newton
selama dua dekade dalam penelitian yang serius. Ia terisolasi secara sosial, hanya
memiliki dua atau tiga teman dan tanpa istri, pacar, atau simpanan. Voltaire
menulis bahwa, mengenai wanita, Newton “tidak memiliki gairah atau kelemahan”.
Ketika teman sekamarnya di Cambridge pindah setelah 20 tahun bersama, Newton
mengalami depresi berat atau psikotik (Sejarawan tidak tahu pasti yang mana
tepatnya). Teman sekamarnya menikah dan menjadi pendeta. Setelah itu, Newton
meninggalkan Cambridge, dan tahun-tahun produktifnya pun berakhir. Ia ikut
dalam menjalankan Royal Mint dan memimpin Royal Society. Ia tidak pernah
menikah, meskipun ia tentu saja bisa jika ia mau. Sebuah situs mengejeknya
dengan menyebut Newton “perawan 40 tahun”, dan kemungkinan memang benar.
Kelihatannya yang paling sulit orang-orang dewasa ini terima mengenai Newton
adalah bahwa ilmuan besar ini ternyata seorang religius yang hidup selibat.
(Catatan: diterjemahkan secara bebas dari http://www.hypatiamaze.org/isaac/newton.html)

No comments:
Post a Comment